Sudah sepantasnyalah, perjuangan yang tidak mengennakkan menjadi sahabat kita.
Sudah sepantasnyalah, raga kita mengalami capek, lelah, penat.
Karena apa? kita ini seorang pejuang. Minimal, pejuang atas diri kita sendiri. Melawan amarah sendiri, yang terkadang tak mampu kita mengendalikannya. Belum lagi dengan, janji kita untuk menjadi bagian barisan penyeru kebaikan.
Lalu apa pembenaran kita untuk menyerah?
Sudah sepantasnyalah, senyum menghiasi wajah kita, di saat penerimaan orang lain tak sesuai harapan.
Sudah sepantasnyalah, sabar menjadi hulu atas pencarian kedamaian dari hati kita, di saat hak hak kita berkurang.
Dan semua yang kita lakukan itu, tidak pernah berujung. Tidak pernah berhenti. sampai nafas benar benar telah terputus. Sampai tulang dan daging telah membeku. Sampai sakaratul maut menghampiri...
Dan sungguh, ketika menuliskan ini, ada ketakutan datang menghampiri. Bahwa, yang dituliskan ini mungkin jauh dari pelaksanaan. Jauh dari implementasi. Tetapi, satu yang menjadi semangat. Semoga semakim banyak jejak jejak kebaikan yang tercetak dari sekedar tulisan ini. Semakin luas jaringan kebaikan yang melalui dari kita.
Sebuah pengingat untuk diri sendiri.
Gang guru guru, 08:12. Air Putih Baru
Post a Comment