Siapa di antara kita yang jarang belanja ke tukang sayur? Hihi. Saya rasa sebagian besar wanita pasti sering mengunjungi tukang sayur. Entah menyengaja membeli untuk keperluan sehari-hari, atau membelikan sayur sesuai pesanan ibu. Kalau saya amati, dari sosok tukang sayur yang kebanyakan bapak atau ibu yang usianya mungkin sudah paruh baya ini, sebetulnya banyak hikmah yang bisa kita ambil dari mereka.
Mungkin, kita seringkali memicingkan mata, menganggap rendah profesi mereka, ah cuma tukang sayur ini. Penghasilannya hanya hitungan berapa sih. Pendidikannya juga mungkin hanya lulusan SD, atau mungkin malah justru tidak bersekolah.
Nah, dalam tulisan kali ini saya ingin mengulas sedikit hal-hal yang menurut saya bisa kita ambil dari tukang sayur ini. Apa sajakah itu?
Bangun pagi-pagi banget
Ada nggak sih, bapak tukang sayur yang jualannya mulai matahari sudah terik atau sudah mulai panas. Kebanyakan yang saya tahu, mereka buka jualan bahkan seringkali bersamaan dengan orang selesai menunaikan salat subuh. Nah, kalau mereka saja bukanya jam segitu, pertanyaannya sekarang, jam berapa mereka kulakan? Saya pernah ngobrol dengan seorang bapak tukang sayur yang sering saya beli di dekat tempat tinggal saya. Jawabannya cukup mencengangkan. Jam 1 pagi, saat orang-orang masih terlelap, mereka sudah beranja ke pasar untuk membeli sayur dan ikan segar yang fresh. Masyaallah yaa.
Hanya sedikit mengambil untung
Suatu ketika saya sempat kaget, tatkala saya tanya Bapak tukang sayur, berapa harga 2 buah brokoli hijau yang kemarin sore saya lihat di swalayan dekat rumah juga harganya per pcs 12.000 rupiah, di bapak tukang sayur itu, dengan harga yang sama dapat 2 pcs. Atau, harga seikat bayam di mall yang bisa mencapai 5.000 - 6.000 per ikat, di tukang sayur mereka masih konsisten dengan harga 3.000 rupiah per ikat sajaa. Bisa saya bayangkan lah ya, mana mungkin mereka ngambil untung sepuluh ribuan kalau harga jualnya saja di bawah sepuluh ribu, kan.
Kemampuan matematikanya, jangan ditanya!
Ini adalah salah satu hal yang saya kagumi dari tukang sayur, Bayangkan saja, menghitung belanjaan pembeli dengan jenis sayur yang berbeda-beda dan ukuran yang berbeda-beda tanpa scan barcode, mereka mampu menghafal lho! Pernah ngga sih melihat bapak tukang sayur melihat list dulu, lalu dihitung-hitung baru ditotal. Kayaknya jarang ya. Mungkin mereka menerapkan learning by doing ya. Dikerjakan setiap hari lama-lama lihai. :)
Sabar dan setia menanti pembeli
Salah satu hal yang saya salutkan dari penjual tukang sayur. Mereka nggak mematok jam kerja. Hal yang saya lihat, biasanya mereka akan kukut kalau jualannya mendekati atau benar-benar habis. Meskipun banyak tukang sayur lain yang jualan juga, mereka tetap standby menanti pembelinya. Ya, ini adalah salah satu prinsip dalam berdagang juga yang dapat kita ambil. Tak peduli berapa banyak orang jualan dengan barang yang sama, tetapi Allah telah menetapkan rejeki masing-masing orang. Bagus juga ini untuk memulai berdagang :)
Banyak berkahnya karena membantu menyalurkan kebutuhan pokok
Tak terbayangkan ya. Betapa pekerjaan mereka adalah mulia. Bayangkan jika di Indonesia ini tidak ada tukang sayur yang mau berjualan. Mungkin kita hanya sering masak sesuai dengan daerah kita masing-masing. Tanpa bisa mengenal sayur-sayur yang diproduksi di luar daerah.
Maka dari itu, sudah selayaknya kita menghargai profesi mereka. Jangan pernah merendahkan apalagi menghina mereka. Bahkan, jual sayur adalah salah satu profesi yang tetap stay calm di masa pandemi ini. Bagaimana tidak, mereka telah membantu mensuplly bahan kebutuhan pokok manusia. Meskipun, dengan ancaman corona yang masih belum usai.
Post a Comment