Adakalanya, dalam hidup ini kita perlu berhenti sejenak. Tidak melulu berputar, menggerakkan seluruh tenaga dan semangat. Kita perlu melihat kembali ke dalam diri. Niatan awal ketika akan melakukan sesuatu, sudah betulkah? Sudah benarkah jalur yang kita lalui hingga saat ini? Apakah jalan kita ke depan akan lurus atau berbelok? Akan menjadi penting, refleksi diri ini untuk pertumbuhan jiwa kita ke depannya.
Saya melihat ini seperti dalam gerakan salat. Dalam salat, ada rukun
yang dinamakan tuma'ninah. Kenapa tuma'ninah ini menjadi bagian yang penting
dalam salat?
Saya menganalogikan bagaimana kita hidup, sama dengan bagaimana
ketika kita salat. Jika salat kita terlampau cepat, hanya seperti patukan ayam.
Akankah berasa? Menurut saya, tidak. Ia hanya akan menjadi ritual semata. Kita nggak
akan mendapatkan esensi dari salat yang merupakan bagian peribadatan agung dan
merupakan sebuah "doa", dialog kita dengan Allah.
Lalu, mengapa kita harus "tuma'ninah" sebagaimana ketika kita
salat? Bayangkan, kita hanya bergerak ke sana dan kemari, menghabiskan energi
yang belum tentu baik buruknya. Sementara, ruh kita ini diam di tempat. Semua
hanya habis dalam gerakan fisik semata. Kita hanya dapat capeknya saja. ☹
Hidup kita terlalu berharga, kita hanya kita lewatkan tanpa makna.
Seperti tuma'ninah tadi, dalam kehidupan kita, setelah kita melakukan satu hal
dan akan beranjak ke hal lain, ada bagusnya kita merefleksikan diri. Menangkap
makna dari satu kejadian menuju kejadian yang lain.
Inilah yang akan membuat kearifan dan kedewasaan kita bertumbuh. Tidak
hanya usia saja yang bertambah, tetapi semakin matang pula kedewasaan kita.
Karena kita akan mengumpulkan sedikit demi sedikit hikmah yang terserak dari
setiap chapter kehidupan kita.
Berbicara tentang tuma'ninah, rupanya ini seringkali dilalaikan oleh
kebanyakan dari kita. Padahal, tuma'ninah ini menjadi bagian dari sholat.
Kehilangannya pun dianalogikan bak pencuri, sebagaimana dalam sabda Nabi
SAW, “Sejahat-jahat
pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak
sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad no 11532, dishahihkan oleh al
Albani dalam Shahihul Jami’ 986)
Mengutip perkataan seorang sahabat,
mengendapkan dulu sebelum bertindak. Sama halnya dengan berhenti sejenak untuk
merenung. Think first, before we act.
Demikianlah, semoga kita bisa
melazimkan berhenti sejenak, sebagaimana kita mengupayakan untuk tuma'ninah
dari setiap gerakan salat kita. Semoga perubahan-perubahan kecil ini, akan
menjadi penentu perubahan besar dari kehidupan kita. Seperti dikutip oleh
sebuah tulisan dari buku Atomic Habbits oleh James Clear, bahwa kebiasaan kita
itu dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan kecil yang tanpa disadari sering kita
lakukan.
Semoga bermanfaat :)
Post a Comment