Pernah nggak sih, teman-teman melihat seorang anak kecil yang menangis merengek minta dibelikan mainan oleh ibunya? Atau, pernah melihat seorang kakak-beradik yang berebutan buku bacaan, lalu yang satu mengatakan kepada yang lain"Kalau kakak nggak mau minjamin, aku rusakin buku gambar kakak lho." Atau pernah juga, mengalami di tempat kerja, ketika menginginkan suatu misalnya permohonan penempatan mendekati homebase, lalu ditakut-takuti oleh atasannya, "Jika kamu nanti pindah ke sana, nanti siapa yang akan mengerjakan pekerjaan ini?"
Dalam istilah psikologi yang saya tahu, hal semacam ini disebut emotional blackmail atau pemerasan
mental. Susan Forward, melalui bukunya "Emotional Blackmail: When the People in Your Life Use Fear,
Obligation, and Guilt to Manipulate You, bahwa pemerasan
emosional digunakan oleh pelaku untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dari
orang lain yang menjadi target. Biasanya, pemerasan mental ini sering terjadi
pada dua orang yang memiliki hubungan kedekatan.
Pemerasan emosional biasanya
dilakukan oleh pelaku dengan memanfaatkan kelemahan orang lain. Ia akan dengan
mudah menggunakan kelemahan itu untuk menciptakan ketakutan dan rasa bersalah.
Pelaku pemerasan emosional ini akan terus mencari kelemahan karakter seseorang,
kemudian menciptakan kebingungan dan mengarahkan korban untuk bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pelaku.
Dalam kehidupan sehari-hari bisa
kita temui contohnya. Hal yang paling dekat adalah misalkan komunikasi antara
suami dan istri. Seperti dalam sinetron kebanggaan Indonesia, Suara Hati Istri,
kalau diamati akan banyak adegan-agedan yang mengandung pemerasan emosional.
Contoh nyata, misalnya seorang
suami berkata dengan istrinya, "Mengapa kamu tega berbuat ini kepadaku.
Aku sudah bekerja banting tulan sekian tahun untuk emnghidupi kalian berdua.
Lalu kenapa sekarang kamu malah begini..." Kira-kira seperti itu ya
percakapannya. Kalau teman-teman penasaran, silakan langsung tonton saja.
Hahaha
Lalu, tips-tips apa saja kita kita
sedang dihadapkan pada kondisi pemerasan mental ini?
Dikuti dari sebuah artikel dari
positivepsychology, ada 3 (tiga) tips sebelum pengambilan tindakan/keputusan
yang dikarenakan oleh pemerasan mental ini, yaitu:
1. STOP
Beranilah untuk menghentikan
sejenak. Katakan bahwa kita harus memikirkan dan mempertimbangkan lagi atas
keputusan yang orang lain mau dari kita.
2. OBSERVE
Cobalah untuk berani menganalisis
dan memperhatikan keputusan yang akan diambil itu. Perhatikan dari seluruh
sisi. Baik buruknya harus kita pertimbangkan.
3. STRATEGIZE
Saatnya memikirkan strategi kita.
Cobalah untuk menentukan keputusan terbaik, dan dengan mempertimbangkan pula
kebutuhan kita seperti apa. Apakah akan juga opsi-opsi lainnya sebagai jalan
penengah apabila keputusan itu tidak dapat kita ambil.
Memang, pemerasan emosional ini
akan menjadi masalah berkepanjangan apabila kita tidak pandai berdiplomasi
kepada orang lain. Kemampuan kita untuk berargumen dan menyatakan keinginan
kita yng sebenarnya akan menjadi sangat penting. Jika tidak, tentu saja hidup
kita akan berada dalam pusaran kontrol orang lain.
Post a Comment