Sebuah refleksi tentang waktu. Tuhan telah memberikan kesempatan yang sama bagi manusia untuk mengisi hari-harinya dalam jangka waktu yang sama, yaitu dua puluh empat jam. Tetapi, kenapa ada yang sukses dan kenapa ada yang tidak sukses dalam hidupnya?
Semuanya tergantung dari bagaimana kita mengisi dua puluh empat jam kita itu. Ada yang mengisi dengan sebagian besarnya adalah hal yang sia-sia, tetapi ada juga yang mengisinya dengan hal yang sangat produktif. Produktif ya, bukan hanya sekadar sibuk.
Sebagai seorang muslimah, saya merasa, dua puluh empat jam itu harus kita bagi menjadi beberapa prioritas. Selayaknya bagi seorang yang beragama islam, pada prinsipnya pengisian dua puluh empat jam itu adalah dalam rangka ibadah, mengabdi kepada Allah SWT. Entah itu bekerja, berkarya, memasak, tidur, dsb. Ini yang menjadi prinsip dasar dalam mengisi waktu.
Prioritas pertama, adalah waktu-waktu yang merupakan diwajibkan bagi kita untuk beribadah. Tentu saja ini terbagi menjadi lima waktu, mulai dari Subuh dan berakhir ke dalam waktu Isya'. Untuk waktu-waktu wajib ini, hendaknya kita penuhi secara disiplin. Jangan sampai ada yang terlewat, atau mengerjakan di akhir waktu. Salat hendaknya menjadi pembuka pintu amal selanjutnya.
Prioritas kedua, aktivitas duniawi yang menjadi profesi kita. Bagi seorang pelajar, tentu saja kewajibannya adalah belajar atau bersekolah. Bagi yang bekerja, tentu yang harus dipenuhi adalah bekerja.
Prioritas ketiga, adalah waktu untuk diri sendiri. Untuk waktu mengisi di lain prioritas satu dan dua, ada baiknya bagi kita untuk mengisi waktu yang ketiga adalah waktu untuk dieri sendiri. Melakukan aktivitas yang disenangi, tentu dalam batasan-bataasan yang masih diperbolehkan. Misalnya, melukis, menulis, membaca, memasak, dan lain sebagainya.
Jika kita melakukan pengisian waktu dua puluh empat jam kita menurut prioritas-prioritas dimaksud, saya percaya, produktivitas kita akan menignkat pesat. Saya melihat, beberapa orang yang melakukan prioritas kedua secara berlebihan, pada akhirnya akan merasa sangat lelah, karena fikirannya terus tergerus oleh arus duniawai tanpa ada asupan secara ruhiyah. Sementara untuk orang yang terlalu mengedepankan priortias ketiga, pada akhirnya dia akan merasa kurang firm, dan merasa belum bisa mencukupi kebutuhannya, dan berakhir stress.
Memang sih, prinsip keseimbangan adalah menjadi penting. Kita tidak boleh terlalu berlebihan dalam sesuatu hingga melupakan yang lain. Yang sedang-sedang saja, yang tenga-tengah saja, tetapi masih tetap mengikuti pakem yang ada.
Post a Comment