Sore tadi, sepulang dari kantor, saya melalui sebuah jalanan yang lumayan macet. Sore ini, kebetulan saya mendapatkan jatah untuk WFO di kantor, karena sebuah penugasan yang wajib diikuti hanya melalui kantor. Di pertengahan jalan yang lumayan macet itu, terdengar sebuah sirine yang lumayan kencang. Sayapun menengok ke arah kanan, dan ternyata adalah mobil jenazah milik salah satu bank swasta yang berbunyi, menandakan bahwa mobil itu sedang membawa orang yang sudah meninggal, entah untuk dibawa kepada keluarganya, atau untuk dimakamkan.
Sekian lama saya mengantri untuk melewati jalan itu, sekitar 5-10 menitan, yang membuat hati saya terenyuh adalah, betapa memprihatinkannya transportasi di Indonesia. Mobil jenazah yang mau lewat saja, sampai tidak bisa melaju dengan kencang, dan harus ikut mengantri bersama dengan mobil lainnya. Duh, Jakarta, kenapa sepertinya kemacetan ini menjadi sebuah PR besar, yang secara turun temurun belum dapat diatasi oleh Pemimpin Ibukota ini dengan sempurna.
Kalau melihat sistem transportasi dunia, tengoklah Swis, sebuah negara kecil di Eropa yang memiliki pemandangan yang luar biasa. Melihat keadaan kota sana, suasana pegunungan yang asri, dan jalur transportasi yang realtif kosong, sangat berbeda jauh dengan kota ini. Apalagi dengan Jerman, yang merupakan negara dengan sistem transportasi nomor satu dunia, yang paling canggih, dan yang paling saya suka adalah, kereta gantungnya. Masyaallah, harapan kecil saya, kapan ya Indonesia bisa seperti ini.
Harapan kecil saya sebetulnya tidaklah muluk-muluk, Tidak harus sama persis plek ketiplek dengan negara-negara maju Eropa itu, yang biasa saya lihat di youtube (karena belum pernah kesana, hahaha), adalah minimal tidak macet, saja. Yang paling urgent adalah, mobil mobil dengan keperluan yang sangat mendesak, seperti mobil pengangkut jenazah, mobil pemadam kebakaran, ini bisa melewati jalan dengan prioritas satu, tanpa hambatan.
Saya sendiri tidak mengerti, masalah kemacetan ini sebetulnya cara apa sih yang paling bagus untuk mengataasinya? Apa sih yang menyebabkan kemacetan di Ibukota ini? Dan yang paling menarik adalah, ini adalah masa pandemi yang semestinya, kita sesama pengendara saling menjaga jarak, mengurangi interaksi di jalan, dan semestinya: mengurangi kemacetan.
Tetapi, hal-hal sederhana ini mungkin dapat diterapkan untuk memabntu mengurangi kemacetan, minimal dari diri kita sendiri. Untuk perjalanan jarak dekat, yang bisa dijangkau dengan motor, sebaiknya menggunakan motor saja. Jika kita termasuk pemiliki kendaraan roda empat, bawalah itu hanya dalam kondisi yang tidak bisa membawa motor, misalnya, membawa anggota keluarga yang banyak, (atau dengan kondisi batas maksimal diperbolehkannya membawa mobil menurut aturan PSBB), atau dalam kondisi musim hujan. Sikap saling membantu juga bisa diterapkan di jalan. Misalnya, daripada pulang sendiri dengan kendaraan roda empat sendiri, ada baiknya menawarkan tumpangan kepada teman yang sejalan. Dengan begitu, jika dilakukan secara masif menurut saya turut menyumbang usaha untuk mengurngai kemacetan di kota besar ini.
Post a Comment