Kemarin-kemarin, di media sosial seperrtinya telah banyak menyapa kita dengan istilah, berdamai dengan Corona. Nah, tapi yang akan saya bahas disini bukan itu. Saya ingin menuliskan sebuah pengalaman yang saya alami tentang bagaimana menantang diri sendiri dengan banyak challenge.
Kemarin kemarin, saya merasa hidup saya datar-datarsaja. Kerja di rumah, kerja di rumah, dan di rumah. Semua mengalir begitu saja, sampai suatu ketika, saya merasa capaian saya kok cuma gini gini aja ya? Kesempatan tahun lalu saya sempat mencoba mendaftarkan sebuah beasiswa. Tapi apa yang terjadi, gagal? Tentu saja. Seperti PHP Sih, lulus tahap pertama, dan gagal tahap kedua. Tahap apa? Psikotes. Sampai-sampai di kantor saya sempet dijuluki memiliki gangguan kejiwaan, gara-gara nggak lulus tes psikotes. Duh, nyesek..
Kemudian, di awal tahun ini sebelum pandemi menyerang, saya sempat men-challenge diri untuk mencoba mengikuti lomba membaca puisi. Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan pekerjaan sehari-hari. Bayangkan saja, jika biasanya saya teriak-teriak kepada pegawai untuk menertibkan administrasi kehadiran, kali ini harus mendayu-dayu mengucap kalimat sastra. Tapi hasilnya, nggak terlalu buruk sih, masih sempat dapat Juara III. Iya, karena lombanya memperebutkan harga diri atas nama instansi. Hahaha. Aneh.
Lalu, sempat beberapa bulan vakum, otak saya yang iseng mencoba ingin memulai challenge lagi. Di pertengahan Bulan Agustus kemarin, entah kenapa saya menemukan 30 DWC. Ada rasa, saya ingin menulis. Entah ikut lomba, atau apalah namanya, yang penting saya harus ikut dan dapat komunitas baru. Semacam mencari hawa baru, di luar hawa-hawa yang biasa saya temui di kantor. Bersamaan dengan mengikuti 30 DWC, sayapun mendaftar ODOJ. Dulu, saya sempat gagal ikut ODOJ. Seperti agak memaksakan diri membaca Quran satu juz dalam sehari. Padahal, manajemen waktu saya saja dulu yang sangat amburadul dan tidak bisa menertibkan diri. Hihi. Ya, akhirnya saya memutuskan untuk ikut ODOJ dan mencoba meneguhkan diri untuk melewatinya.
Setelah challenge 30 DWC berakhir, saya pun menantang diri saya lagi untuk mengikuti Challenge Berani Baca. Challenge ini unik, menantang pesertanya untuk menumbuhkan kebiasaan membaca dengan memulai memnbaca setiap harinya minimal satu halaman, dan melaporkan ke grup jika sudah selesai membaca. Asik, sih. Saya berhasil menuntaskan dua buku yang saya beli dari diskonan kemarin untuk mengikuti challenge ini, dan saya sangat senang. :)
Kalau dipikir-pikir, saya kok kayak kurang kerjaan ya. Iya, banget. Tapi, dengan mengikuti challenge semacam ini, entah kenapa diri saya malah terpacu untuk lebih belajar manajemen waktu lagi. Waktu saya serasa sangat produktif. Nggak cuma dari jam 6 sampai jam 5 sore waktu untuk bekerja setiap 5 harinya dalam seminggu, tapi juga menyempatkan diri untuk dapat menuntaskan target dalam sebuah challenge memberikan kesenangan tersendiri. Ya, mungkin ini adalah sebuah tipikal saya, salah satu orang yang thinking introvert untuk memulai sesuatu dan harus didampingkan dengan sebuah target. Bagaimana dengan kalian?
Post a Comment