Kita tanpa-Nya, hanyalah seperti ruangan gelap yang tak punya cahaya. Kita dengan segala keburukan yang kita sandang. Kita yang sulit sekali rasanya untuk melakukan kebaikan. Kita yang tamak dengan harta dan kekuasaan. Mau sampai kapan?
Nabi kita telah memberi contoh kepada kita jauh-jauh sebelum sekarang. Dengan ajaran keimanan yang memiliki pendar yang menyebar ke sekelilingnya, menjadikan islam sebagai salah satu ajaran yang patut diacungi jempol. Bukan hanya sebatas ritual peribadatan saja.
Ya. Nabi kita, Muhammad SAW telah menghadapi berbagai banyak rintangan yang dia alami baik ketika mulai berdakwah secara sembunyi maupun secara terang-terangan. Luar biasa ujian yang dia hadapi. Bukan hanya kesulitan fisik, seperti disiksa, dilempari kotoran, diludahi, dipukul. Tidak hanya itu saja! Justru berbalik, Nab Muhmmad SAW memikirkan sampai dengan hari kiamat.
Ketika hati kita telah tersentuh keimanan, semoga menjadi menambah kesyukuran kita untuk menghadap-Nya. Dengan keimanan, membuat hati kita semakin berpendar. Tidak lagi terlihat dan melihat gelap, tetapi lebih cerah untuk lingkungan sekitar.
Seringkali, kegelapan terasa menyelimuti. Ingin rasanya diri kita untuk berhenti. Ingin melangkah tetapi rasa takut membuncah. Ingin kembali, apakah sungguh tidak malu pada cita yang dulu pernah menghuni. Yaa Rabb, terkadang hati ini bingung harus berbuat apa. Sungguh, ingin sekali berjalan di tempat dan istirahat barang sejenak saja.
Apakah noktah hitam dalam hati ini yang terlalu banyak menutupi? Apakah karena dosa-dosa yang kian menggunung hingga harapan tak mampu lagi ditepi? Apakah, karena memang sudah ini takdir hidupku, Yaa Rabb.
Apapun rasanya sudah dilakukan. Orang bijak bilang, tingkat kesulitanmu akan sebanding dengan tingkat keimananmu. Tapi, rasanya hati ini sudah bosan. Inginku sungguh untuk berhenti.
Sudahku tak kuasa melihat gelap ini. Pun, rasa hampa yang kian mencekam menyelimuti dan menakutkanku. Rasa nyaliku tidur terlelap dalam kecemasanku. Aku sungguh, hanya merasa manusia yang tak bisa berbuat apa-apa, kini. Inginku mendekat kepada-Mu yaa Rabb. Mendekat kepada sebuah cahaya, agar keimanan ini kembali berpendar dalam kalbuku.
Post a Comment