Dulu sekali, saya pernah memiliki pengalaman komunikasi yang unik dan masih saya ingat sampai sekarang. Suatu ketika ada sebuah permintaan dari anggota organisasi akan suatu hal. Namun, saya merasa permintaan itu bukan menjadi prioritas saya saat itu. Sampai beberapa jam saya tidak merespon, hingga kemudian seseorang menuliskan sebuah pesan penegasan kepada saya dan beberapa teman lain yang belum menjawab. Kurang lebih pesannya begini,
"Dear ukhti, apakah sampai sesibuk itu hingga tidak menjawab pesan Saudarinya. Maing-masing kita memang sibuk. Tapi jika bisa, mohon diusahakan untuk membantu tugas Saudari yang lain."
Entah kenapa hati saya saat itu langsung merasa mak Deg! Iya juga ya, kata hati saya. Kalimat-kalimat itu ada benarnya juga. Kenapa saya lebih mementingkan urusan saya pribadi, dan tidak berusaha membantu mengurangi beban orang lain?
Jika dikaitkan dengan kehidupan sekarang, sebenarnya ini sangat sering kita alami. Bisa terjadi antara kita dengan keluarga terdekat, rekan kerja, atau orang lain. Dengan kesibukan kita dalam berinteraksi dengan orang lain, tentu biasanya ada sebuah permintaan-permintaan yang kelihatannya sederhana bagi kita, tetapi sesuatu yang besar bagi orang lain. Jika hal itu kelihatan seperti remeh, kitapun lebih sering mengabaikannya dan berfikir bahwa itu bisa kita jawab nanti-nanti.
Menjadi perespon pertama, menurut saya adalah sebuah hal kecil sederhana yang bisa kita lakukan dalam interaksi kepada orang lain. Meskipun jika permintaan itu kaitannya dengan nasib kita, mungkin kita akan dengan cepat menjawabnya. Tetapi jika permintaan itu adalah untuk orang lain, biasanya ego kita muncul. Ah, itu kan bukan untuk saya. Padahal, dengan menyegerakan untuk merespon akan membantu pekerjaan orang lain atau berpengaruh pada rejeki seseorang. Misalnya saja, mengenai konfirmasi golongan darah bagi rekan kerja kita yang sedang sakit. Jika saja kita bisa memberikan info beberapa waktu lebih cepat, nyawa orang lain akan tertolong. Istilahnya, kita tidak kehilangan momentum. Hehe...
Selain menjadi perespon pertama, ada hal menarik lain yaitu tentang kebiasaan membalas pesan terakhir. Saya pernah berdiskusi dengan seseorang, terkait dengan siapa yang membalas whatsapp atau SMS paling akhir. Saudara saya itu berkata bahwa, tentu yang membalas orang lain, karena dia yang butuh. Tetapi kalau menurut pendapat saya, saya kok lebih suka saya adalah yang paling akhir membalasnya. Saya merasa tidak ada beban, dan tidak terkesan saya mengabaikan pesan orang lain itu. Hehe.. Sederhana ya sebenarnya.
Ya. Kebiasaan untuk menjadi yang pertama membalas dan terakhir dalam membalas pesan menurut saya bisa menjadi hal menarik untuk kita mulai kembali. Dua hal itu adalah semata-mata untuk menjaga hubungan dengan orang lain. Meskipun, fokus kepada urusan kita sendiri penting, tetapi dengan memperhatikan orang lain menurut saya tidak kalah penting.
Post a Comment