Cerpen ini berjudul Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di
Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri. Dari judulnya saja, sekilas yang
terbersit adalah cerpen mengenai sejarah. Kebetulan sekali, saya sedang
menyukai hal-hal berbau sejarah, hehehe. Sebelum saya membaca cerpen ini, saya
berpikir cerpen ini akan berlatar belakang di tiga tempat. Gunuang Omeh,
Moskow(Rusia) dan juga Kediri, Jawa Timur.
Saya menyelesaikan membaca cerpen ini sekitar lima belas
menit. Langsung paham maksudnya? Ternyata tidak. Di tengah-tengahnya saya
ternyata memerlukan bantuan mbah google, karena memang saya agak kepo dengan
ending-nya. Hehe.
Dari beberapa paragraf awal, penulis menggunakan sudut
pandang orang ketiga, "dia". Sementara, di beberapa paragraf
berikutnya, penulis menggunakan sudut pandang "aku." Di sini
sebenarnya saya sedikit bingung, sebelum akhirnya saya menebak siapakah aku dan
dia dalam cerpen ini.
Membaca cerpen ini memang tidak serta merta saya bisa
mengartikan pesan yang dimaksud dalam cerpen ini. Membaca cerpen ini serasa
kita memasuki Indonesia yang baru awal berdiri dan bersinggungan dengan Partai
Komunis Indonesia. Bagi kita yang sama sekali awam sejarah, tepatnya, sudah
agak lupa dengan peristiwa sejarah, akan sedikit mengernyitkan dahi, jika kita
tidak memahami cerita sebelum dan cerita sesudahnya dari cerpen ini.
Cerpen ini mengisahkan tentang seorang pahlawan Indonesia,
yaitu Tan Malaka. Di beberapa kalimat, penulis telah memperkenalkan latar
belakang, pendidikan, dan karya beliau sebelum akhirnya beliau dianggap sebagai
pengkhianat. Dari beberapa sumber yang menyebutkan, memang Tan Malaka lebih
banyak menghabiskan waktu di pengasingan. Beberapa tempat pengasingan yang
pernah dilaluinya adalah Belanda, Kupang, Belanda, dan akhirnya kembali lagi ke
Indonesia.
Karena bertemakan sejarah, cerpen ini memang sedikit
banyak mengingatkan kembali mengenai istilah-istilah penting. Seperti Rijkskweekschool, de Fransche Revolutie , dan Madilog. Istilah-istilah yang sebagian
besar memang berasal dari Bahasa Belanda. Meskipun begitu, penulis telah
membantu menjelaskannya di catatan kecil, sehingga pembaca terbantu untuk
mengartikan apa istilah tersebut.
Dari cerpen ini, pelajaran yang dapat
diambil adalah, begitu besar dan beratnya perjuangan para pahlawan, bahkan
setelah kemerdekaan. Dengan pemikiran intelektual dan karya-karya pahlawan yang
tidak hanya menyumbangkan pemikiran, tetapi juga pergelutan melawan penyiksaan
jasmani yang tidak bisa kita bayangkan seperti apa rasanya. Pahlawan, bukan
hanya mereka yang tertulis namanya dalam daftar buku sejarah. Dengan
mempelajari sejarah satu demi satu dan dengan terperinci, kita akan menemukan
beberapa orang yang sebetulnya adalah pahlawan, meskipun tidak pernah diungkap.
Bukan hanya label yang terpasang, tetapi dari tindakan yang telah dilakukannya.
Ah, semoga benar pengertian saya ya Pak Heru. Untuk cerpen lengkapnya,
teman-teman bisa mengunjunginya melalui https://www.ngodop.com/2021/08/dari-gunuang-omeh-ke-jalan-lain-di.html.
Kereen reviewnya kak
ReplyDeleteSaya baca cerpennya berkali-kali tetep kesulitan memahami, hikss
Kudu banyak belajar ttg sastra lagi kayana
Iyaaa Kak. Saya juga beberapa kali baca ngga terlalu ngeh hehe
DeleteKakak-kakak berdua memang kereeen
ReplyDeleteKakak jugaa kereeen... semangat hehe
Delete