Beberapa hari yang lalu saya melihat sebuah pemberitaan tiga orang ibu yang sudah tidak lagi muda, telah menyelesaikan hafalan Al-Quran pada sebuah program tahfidz Al-Qur'an. Hal ini pun membuat saya dan teman-teman yang masih belum seumur beliau-beliau merasa malu sekaligus terrmotivasi. Bagaimana tidak, pada usia beliau yang di atas kami, rupanya memiliki pencapaian yang luar biasa. Menghafal Al-Quran dalam 30 Juz. Masyaallah...
Siapa yang tidak ingin seperti ibu-ibu itu? Mereka adalah bagian dari orang-orang yang membuktikan kepada dunia bahwa mereka bisa. Orang-orang yang menguatkan pepatah bahwa, tidak ada kata terlambat untuk memulai. Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Terlepas dari berapa usia kita.
Saya kemudian teringat sebuah film Korea yang berjudul Navilerra, cerita tentang seorang kakek yang memulai balet di usia yang terbilang sudah senja. Dalam film itu diceritakan bahwa meskipun pada awalnya keluarganya tidak mendukung, dengan semangat dan action, sang kakek itu membuktikan bahwa ia bisa. Dan di ending-nya, sang kakek ternyata mengidap penyakit kronis, tetapi masih melakukan balet karena balet adalah sesuatu yang dia senangi. Dan ternyata gerakan-gerakan balet membantu kakek itu mengingat-ingat sesuatu yang tidak biasa bisa dia ingat.
Memulai sesuatu yang disenangi, menemukan passion bukanlah hal yang mudah. Tapi setidaknya kita bisa bertanya kepada diri sendiri. Hal-hal apa saja yang membuat kita bahagia? Hal-hal apa saja yang kita akan melakukannya dengan enteng tanpa memerlukan paksaan orang lain? Menemukan passion bisa jadi memerlukan waktu yang lama. Tidak setahun dua tahun. Tetapi waktu yang akan membuktikan.
Maka dari itu, sembari kita mencari passion kita sebenarnya, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memulai dari hal kecil yang bisa kita lakukan. Jika James Clear menuliskan dalam bukunya Atomic Habbits, bahwa untuk melakukan suatu yang besar harus dimulai dari sesuatu yang kecil, maka lakukanlah. Mungkin kita ingin mencapai 10.000 langkah perhari. Kita tidak akan bisa mencapai itu jika badan kita tidak terbiasa. Maka, kita hanya perlu berjalan saja saat ini, berapapun langkahnya. Small step matters.
Begitu juga Stephen R. Covey menyatakan dalam bukunya 7 Habbits, bahwa untuk membuat kebiasaan itu sekurang-kurangnya kita perlu melakukan 21 hari. Bagaimana jika terhenti? Maka kita harus memulai lagi dari nol. Luar biasa, ya. Stephen R. Covey membuktikan bahwa kebiasaan tidak dapat dengan mudah diubah, kecuali kita konsisten melakukannya.
Dengan menggabungkan pemikiran dari James Clear dan Stephen R. Covey, maka setidaknya kita mendapatkan hal baru. Bahwa, melakukan sesuatu sekecil apapun, akan menjadi bagian dari hasil yang akan kita harapkan. Dan jangan lupa, bahwa ketika sudah memulai, maka kita harus menumbuhkan sikap konsisten, tidak pantang menyerah. Semoga kita bisa memulai sesuatu yang kita inginkan, ya teman-teman.
Ah malu banget rasanya melihat yg usianya jauh diatas tp semangat belajarnya warbiyazah
ReplyDeleteSemangat Ibu.. :)
DeleteMasya Allah, jadi hafidzah itu impian banget ya, semoga kita bisa mwniru semangatnya ibu-ibu ini. Barakallah
ReplyDeleteIya Mba, pernah dulu belajar ngaji bareng ibu-ibu yg usianya seumuran nenek saya, tp semangatnya luar biasa..
DeleteJadi garuk-garuk kepala sendiir. Senyum-senyum sendiri mengingat diri ini belum bisa seperti mereka. Barokallah bagi mereka yang di usia tak lagi muda bisa menghafal Al Qur'an.
ReplyDeleteAamiin Pak, semangat
DeletePengingat banget, moodbooster untuk terus raih impianku.. Thanks, Kak pengingatnya
ReplyDeleteSama sama Kak, semangat :)
Delete