Malam yang dilengkapi dengan syahdunya rintik hujan. Ruminten masih mengendarai motornya menuju rumahnya. Jas hujan yang ia kenakan rupanya tak mampu menghentikannya dari derasnya hujan yang beberapa menit berhenti. "Duh,sepatuku basah", katanya dalam hati. Besok aku mau pakai sepatu yang mana lagi?
Sesampainya di rumah, motor itupun ia parkirkan di garasi samping rumahnya. Jangan bayangkan rumah wanita yang dipanggil dengan sebutan Rum itu mewah penuh besi-besi mengkilat. Rumah yang kini ia sewa hanyalah rumah panggung yang bahannya adalah kayu. Rum terpaksa mengontrak, lantaran gajinya belum cukup untuk membeli sebidang tanah di desa itu.
"Assalamualaikum", adalah kata yang pertama kali dia ucapkan setelah memasuki rumah. Selepas melepas mantel, sepatunya yang basah, tas gendongnya yang basah pula, ia memasuki kamar tamu sambil berjinjit. Ia tidak ingin lantainya ikut basah oleh kakinya yang terkena air hujan yang deras tadi. Ia bergegas memgambil baju ganti lalu keluar rumahnya melalui pintu belakang untuk menuju kamar mandi. Rumah Rum memang unik, seperti rumah jaman dahulu. Letak kamar mandi dan kamar tidur serta kamar utama jauh. Ia harus berjalan kaki beberapa meter untuk mencapai kamar mandi.
Suara gerimis hujan yang masih mengguyur kembali desa Ujan Mas itu, membawa rasa ngilu tersendiri bagi Ruminten. Bagaimana tidak, ia masih ingat betul betapa suaminya, Parno, yang terbujur kaku di sebelah rumahnya di kota Bengkulu. Kenangan kelam itupun muncul, dan setelah menunaikan urusannya, Ruminten kembali memasuki rumahnya.
Ingatannya akan suaminya, masih membuatnya terjaga juga malam itu. Ia ingin meneteskan air mata, tetapi rasanya sudah kering. Walhasil, iapun hanya linglung melihat kembali foto-foto kenangan bersama suaminya di Bengkulu, lima bulan sebelum kepergiannya ke Ujan Mas.
****
Pagi hari, Ujan Mas memang desa yang sangat asri. Udaranya sejuk, jauh dari hiruk pikuk kota semacam Jakarta. Polusi bisa dikatakan tidak ada. Dengan mengendarai motor bututnya, Ruminten kembali mengayuh motornya ke kantornya. Baju rapi, tasnya pun sudah ditinggalkannya lantaran basah. Dan ia bertekad untuk tetap ngantor meskipun sepatunya kebasahan. Ya, nggak apapa pakai sandal saja.
Pukul 8.00, satpam membuka pintu layanan. Begitu melihat Ruminten sampai di kantor, sesama temannya masuk ke ruangan. Kantornya kecil, tidak banyak orang disana. Dan, ruminten hanyalah satu satunya perempuan disitu. Hari ini memakai sendal, iapun tetap pede. Biarkanlah orang bilang aneh atau apa.
"Mbak Rum, kemarin kehujanan?", tanya Santos, salah satu teman sekantornya.
"Iya Tos. Mau gimana lagi, apa aku kudu nginep di kantor sambil jagain hantu?" jawab Rum.
"Wah ya enggak Mbak. Kemarin pas Mbak Rum pulang, Pak Cik masih disini lho, Mbak. Kenapa nggak minta diantar sama Pak Cik saja. Kalau cewek pulang sendiri magrib magrib, jalanan sepi, bahaya lho Mbak." Santos pun melanjutkan nasihatnya ke teman sesama Orang Jawa yang sama-sama merantau di negeri antah berantah.
Belum sampai Rum menjawab pertanyaan Santos, yang mereka perbincangkan pun lewat.
" Mbak Rum, jadi Mbak Rum kemarin kena hujan? Napo ndak minta ambo temani Mbak?" gayanya Pak Cik bergabung dengan mereka. Pak Cik adalah pegawai lokal yang asli daerah Ujan Mas. Seluk beluk desa kecil itupun dia hafal. Bahkan, untuk seorang pendatang seperti Rum, Santos, Parno dan Ucok, ia sangat perhatian dan menganggap saudara sendiri.
***
Pukul 13.00, waktu setempat Ujan Mas. Eni, seorang OB yang membantu membersihkan ruangan membawa pesanan masing-masing. Eni menaruh makanan dan jus masing-masing ke meja masing-masing. Meski pun daerah Ujan Mas sangat dingin, itu tidak membuat orang-orang tidak menyukai jus.
Sambil membuka buku catatan kecilnya, Ruminten menyeruput jusnya. Akhir-akhir ini, ia menyukai jus buah naga, jus jambu, jus strawberry. Entahlah, pikirannya akhir-akhir ini aneh sekali. Ia menyukai warna-warna yang berwarna merah.
Ruminten kerja di bagian apa nih, Mb? Penasaran gitu abis baca cerita ini
ReplyDeleteAda di episode 3 Pak jawabannya wkwkwk
DeleteBaca malam-malam terus ada bagian jagain hantu, jadi inget obrolan di grup kan wkwk
ReplyDeleteHahahaa... ngeri ngeri gimana ya Kak
DeleteSuaminya kenapa ini?
ReplyDeleteBeliau meninggal, Kak
DeleteKesel ya BWnya baru malam baca cerita begini, untung ditutup dengan membayangkan jus buah naga, jus jambu, jus strawberry.
ReplyDeleteWkwkwk iyaa Kak. BW nya harus siang nih kayaknya
ReplyDelete